Sabtu, 12 Oktober 2013

Alasan Panjang SMS hanya 160 karakter


Layanan pesan singkat atau Surat masa singkat (bahasa Inggris: Short Message Service disingkat SMS) adalah sebuah layanan yang dilaksanakan dengan sebuah telepon genggam untuk mengirim atau menerima pesan-pesan pendek. Pada mulanya SMS dirancang sebagai bagian daripada GSM, tetapi sekarang sudah didapatkan pada jaringan bergerak lainnya termasuk jaringan UMTS.


Sebuah pesan SMS maksimal terdiri dari 140 bytes, dengan kata lain sebuah pesan bisa memuat 140 karakter 8-bit, 160 karakter 7-bit atau 70 karakter 16-bit untuk bahasa Jepang, bahasa Mandarin dan bahasa Korea yang memakai Hanzi (Aksara Kanji / Hanja). Selain 140 bytes ini ada data-data lain yang termasuk. Adapula beberapa metode untuk mengirim pesan yang lebih dari 140 bytes, tetapi seorang pengguna harus membayar lebih dari sekali.

SMS bisa pula untuk mengirim gambar, suara dan film. SMS bentuk ini disebut MMS.

Pesan-pesan SMS dikirim dari sebuah telepon genggam ke pusat pesan (SMSC dalam bahasa Inggris), di sini pesan disimpan dan mencoba mengirimnya selama beberapa kali. Setelah sebuah waktu yang telah ditentukan, biasanya 1 hari atau 2 hari, lalu pesan dihapus. Seorang pengguna bisa mendapatkan konfirmasi dari pusat pesan ini.

SMS sangat populer di Eropa, Asia dan Australia. Di Amerika Serikat, SMS secara relatif jarang digunakan. SMS populer karena relatif murah. Di Indonesia, tergantung perusahaannya sebuah SMS berkisar antara Rp. 45,-[1] sampai Rp. 750,-.

Karena kesulitan mengetik atau untuk menghemat tempat, biasanya pesan SMS disingkat-singkat. Tetapi kendala kesulitan sekarang sudah teratasi karena banyak telepon genggam yang memiliki fungsi kamus.

Akhirnya kini kita bisa tahu siapa biang kerok di balik pembatasan SMS hingga 160 karakter. Harian LA Times melakukan sedikit investigasi untuk menelusuri sejarah SMS 160 karakter dan akhirnya berhasil menemukan orang yang paling bertanggung jawab: Friedhelm Hillebrand. Pria Jerman malang ini memang tak menjadi kaya karena mengembangkan standar SMS tapi ia adalah orang yang berada di balik pembatasan itu.

Pada tahun 1985 ia duduk di depan mesin tiknya dan berusaha menyelidiki panjang maksimal sebuah text message. Ia menulis beberapa kalimat dan menemukan bahwa ia selalu menggunakan karakter di bawah 160. Ia kemudian menetapkan angka 160 sebagai angka ajaibnya dan memaksakan standar baru pada semua GSM carrier. Ia bisa melakukannya karena jabatannya sebagai pimpinan dari nonvoice services committee of the Global System for Mobile Communications Group pada 1986. Memang kisah ini sudah bergulir puluhan tahun silam, tapi gaungnya masih terasa sampai sekarang.

Hari ini kita masih terjebak dengan pembatasan 160 karakter yang “Ajaib” itu dan terus menerus mencari cara baru untuk mengkombinasikan dan menyingkat kata-kata agar kita bisa beradaptasi dengan pembatasan itu.

0 komentar:

Posting Komentar