Polda Metro Jaya
akan memberlakukan aturan mobil ganjil dan genap untuk mengurangi
kemacetan Ibukota. Secara teori, pembatasan mobil ganjil dan genap mampu
mengurangi beban jalan hingga 30 persen.
"Kalau teorinya
memang banyak literatur yang menyatakan konsep seperti itu. Jadi di hari
tertentu, kendaraan pribadi bernopol ganjil, lalu hari berikutnya yang
bernopol genap. Secara teoritik, penerapan ini bisa mengurangi beban
jalan hingga 30 persen. Ini cukup signifikan," kata guru besar Fakultas
Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Dr Tech Ir
Danang Parikesit MSc, kepada detikcom, Rabu (22/6/2011).
1. Mexico City
Mexico City
memperkenalkan program pembatasan kendaraan dengan sistem pelat nomor
ini pada 20 November 1989, untuk mengurangi polusi udara. Saat itu semua
kendaraan mendapat jatah beroperasi 1 hari dalam hari-hari kerja,
berdasarkan nomor belakang pelat nomor. Program ini dinamakan 'Hoy No
Circula' alias Hari Dilarang Berkeliling.
Teknisnya demikian,
nopol digit belakang 5-6 dilarang beroperasi Senin dan diberi stiker
kuning, 7-8 untuk Selasa berstiker merah muda, 3-4 untuk Rabu berstiker
merah, 1-2 untuk Kamis berstiker hijau dan 9-0 untuk Jumat berstiker
biru.
Saat awal kebijakan
ini diuji coba, memang berhasil mengurangi persentase kendaraan 20
persen di jalan, menambah kecepatan kendaraan, mengurangi konsumsi bahan
bakar dan meningkatkan penumpang kereta bawah tanah 6,6 persen.
Demikian dilansir dari hasil studi tentang Evaluasi Pembatasan Pelat
Nomor oleh Cambridge Systematic Inc, pada Desember 2007 lalu.
Keberhasilan uji
coba itu membuat program ini ditetapkan permanen. Namun apa yang
terjadi? Studi menunjukkan bahwa ada perubahan prilaku warga Meksiko.
Karena mendapati transportasi umum tak memadai, maka warga Mexico City
membeli kendaraan baru untuk mengakali agar bisa berkendara sedikitnya
sehari dalam sepekan. Bahkan membeli kendaraan bekas yang lebih murah
dan lebih berpolusi. Kemudian penggunaan taksi meningkat.
Studi jangka
panjang menunjukkan tak ada hubungan statistik antara kualitas udara
saat kebijakan itu berlaku, tak ada bukti peningkatan penumpang
transportasi umum, dan tak ada bukti peningkatan polusi udara saat
weekends dan hari kerja.
Kini, Mexico City
masih memberlakukan program ini dari jam 5 pagi sampai jam 10 malam.
Kebijakan ini bahkan mengatur mobil berpelat luar negeri dan pelat di
luar kota Mexico City. Bahkan kebijakan ini diperluas di hari Sabtu,
apakah Sabtu minggu pertama hingga terakhir.
Di saat yang sama
sistem kereta bawah tanah juga sudah memadai, yakni melayani 200 km, 11
jalur dan 120-an stasiun. Di saat yang sama, denda yang besar juga sudah
menanti siapa pun yang melanggar
2. Bogota
Bogota, Kolombia
mengimplementasikan pembatasan kendaraan dengan sistem pelat nomor sejak
tahun 2000. Program itu bernama Pico y Placa atau puncak jam sibuk dan
nopol.
Berbeda dari Mexico
City yang hanya membatasi kendaraan selama jam tertentu, Bogota
memiliki sistem yang lebih kompleks. Sistem di Bogota bahkan mengacak
digit terakhir pelat nopol tiap tahun. Hal ini menyulitkan warganya
untuk mengakali sistem itu. Sistem ini tak berlaku di akhir pekan.
Namun program ini
dijalankan bersamaan dengan sistem Bus Rapid Transit (BRT) alias busway.
Di samping itu jalur sepeda juga diperluas sampai 180 mil, penggunaan
sepeda dan transportasi umum dipromosikan. Di samping itu penegakan
hukum juga dilaksanakan, seperti pengenaan denda yang tinggi.
Hasilnya
peningkatan pengguna transportasi umum dan pengurangan kemacetan di
jalan. Sistem itu dinilai berhasil dan sekarang dikembangkan ke
kota-kota di Kolombia selain Bogota. Contoh pembatasan pelat nomor Pico y
Placa pada tahun 2011:
5678: Senin
9012: Selasa
3456: Rabu
7890: Kamis
1234: Jumat
3. San Paulo
Kota Sao Paulo di
Brasil menerapkan pembatasan kendaraan dengan pelat nomor bernama
Rodizio, sejak 1997. Kebijakan ini melarang 2 digit terakhir nopol tiap
hari per pekan.
Dalam 6 bulan
kebijakan ini diuji coba, hasilnya bisa mengurangi 2-5 persen volume
kendaraan bermotor saat jam sibuk, meningkatkan kecepatan kendaraan
18-23 persen dan mengurangi kemacetan 26-37 persen di jalan. Kini sistem
ini sudah berurat akar di warga kota.
Selain pengenaan
denda yang tinggi, sistem ini juga diimbangi oleh pembangunan sistem
transportasi massal seperti kereta, kereta bawah tanah dan busway. Kota
ini juga terus memperluas infrastruktur untuk transportasi massal.
4. Athena
Kota Athena di
negeri para dewa ini sudah menerapkan pembatasan kendaran dengan sistem
pelat nopol sejak Juni 1982. Pembatasan kendaraan ini untuk wilayah
pusat Kota Athena dalam radius tertentu, yang disebut Lingkar Athena
(Daktilios Athenon), seluas 13 km persegi.
Awalnya taksi juga
dilarang pada 2 tahun pertama, namun sekarang diizinkan kembali.
Pembatasan ini tak berlaku untuk bus umum, sepeda dan sepeda motor,
mobil hibrid, ambulans, mobil dinas pemerintah dan mobil diplomat.
Penegakan hukum
dengan denda yang tinggi diberlakukan. Skema ini masih berjalan hingga
kini bahkan dikaji untuk melarang kendaraan sama sekali dari Lingkar
Athena ini.
Dari situs
livingingreece.gr, yang terbaru tahun 2012, sistem ini membuat kendaraan
berpelat nopol terakhir genap tak boleh berkeliaran pada
tanggal-tanggal genap dan pelat nopol terakhir ganjil tak boleh
berkeliaran pada tanggal-tanggal ganjil. Berlaku dari Senin-Kamis jam
07.00 sampai jam 20.00, Jumat berlaku dari jam 07.00 sampai jam 15.00.
Aturan ini tak berlaku pada akhir pekan, libur nasional, musim panas dan
hari di mana para pekerja transportasi umum mogok kerja.
Studi dari
Cambridge Systematic Inc, aturan ini membuat warga Athena membeli
kendaraan kedua untuk menghindari batasan ini, kepemilikan mobil
meningkat, penggunaan taksi meningkat dan kepadatan lalu lintas beralih
ke pinggiran Kota Athena di luar Lingkar Athena. Strategi ini kemudian
dipadukan dengan Electronic Road Pricing (ERP) dan strategi lain untuk
menambal kelemahan sistem ini.
5. Beijing
Kota Beijing di
China, mengimplementasikan pembatasan kendaraan dengan sistem pelat
nomor yang awalnya untuk mencegah kemacetan pada Olimpiade musim panas
tahun 2008. Namun ternyata kebijakan ini terus dilanjutkan.
Pemkot Beijing
menentukan 2 digit belakang nopol yang digilir dilarang beroperasi dari
Senin-Jumat, dari pukul 07.00 sampai pukul 20.00. Sistem nopol ini
dirotasi tiap 3 bulan. Denda yang tinggi dikenakan. Kebijakan ini tak
berlaku bagi kendaraan umum, polisi dan militer.
Hasilnya, ada
penurunan emisi kendaraan harian hingga 40 persen, mengurangi jumlah
mobil di jalan hingga 700 ribu namun meningkatkan pembelian mobil.
Menurut survei
pemerintah yang melibatkan pihak ketiga pada 2010, sebanyak 90,4 persen
mendukung kebijakan ini dan menginginkan kebijakan ini dilanjutkan.
Kemudian survei Sina.com menunjukkan hasil yang berlawanan, yakni 82,9
persen orang yang diinterview tak menyukai kebijakan ini dan hanya 14
persen yang menyukai kebijakan ini. Selisih 76 persen dari survei resmi
pemerintah.
0 komentar:
Posting Komentar